DERLY PANGKEY

Rabu, 24 April 2024

MUSUH MASA KECILKU

hari ini aku ketemu temen masa kecilku, Jerry Abas. lebih tepatnya sih musuh masa kecilku. tapi setelah aku dewasa, kebencian di hatiku itu hilang, yang ada tinggal hanya kenangan menggelikan 

Tadi malam Jerry menelponku, kalau dia sudah sampai di cibabat. 

“Yie, ada orang di rumah? Sepertinya sepi seperti ga ada orang?” 

aku lagi mempersiapkan latihan cepat tepat untuk anak-anak di gereja secara online, jadi aku langsung jawab telponnya “ketok aja pintunya, banyak orang di rumah. Aku lagi sibuk, kamu urus sendiri aja.” 

Malam ini ga mungkin juga aku ke cibabat untuk bertemu dengan dia, jadi aku pikir, besok pagi abis anter Uel anakku, baru aku ketemuin dia. 

Dan akhirnya, hari ini aku ketemu temen masa kecilku, Jerry Abas. lebih tepatnya sih musuh masa kecilku. tapi setelah aku dewasa, kebencian di hatiku itu hilang, yang ada tinggal kenangan menggelikan yang tersisa. 

Kegiatan rutinitasku setelah anter Uel yaitu mampir ke cibabat untuk lihat papih, baru jam setengah delapan aku berangkat ke kantor. 

Pagi ini aku menyapa Jerry, menanyakan kabarnya, kusalami dia sambil memeluk dan mencium pipi kiri dan kanannya, sesuai tradisi keluargaku yang berasal dari Indonesia Timur. Inga. . torang samua basudara. 

Setelah bicara sebentar, aku langsung menemui papih di kamarnya, maklum, waktu yang aku punya hanya sedikit, jadi aku usahakan untuk ngobrol dengan papih walaupun hanya sebentar. Ga berapa lama, Jerry menghampiri kami lalu bertanya: 

‘Yie, kamu masuk kerja jam berapa? Nanti aku ikut yah sampe ke kantor, aku mo pulang ke rumah mamie di cikalong, ambil koper, langsung ke Jakarta, lanjut pulang ke Manado.” karna kantorku di Padalarang, jadi dia akan ikut sampai kantorku, lalu lanjut perjalanan naik kendaraan umum

“Jam 8 masuk kantor. Tapi aku jalan jam 7.30 yah.” 

“ok, aku siap-siap kalau gitu.” 

Aku lanjutkan acara ngobrolku dengan papih. Ngobrol kesana ke mari, ga kerasa jam sudah menunjukkan pukul 7.30. KK sulungku Debbie sudah siap untuk pergi, 

“Yie, udah jam setengah delapan, ayo kita jalan.” Setelah pamit ke papi dan ke kk nomor 2 ku Deice, akhirnya aku pergi, diikuti dengan Jerry dan KK ku Debbie yang mau ikut sampai ke pasar. 

“Jer, inget dulu kamu tuh tinggal di kamar atas, pas pulang dari Sangir sambil bawa burung beo.” Deice berkata sambal melepaskan kepergian kita. Jerry hanya menyeringai, sedangkan aku dengan penuh emosi berkata: “waktu kecil dulu, pengennya sih aku bunuh tuh burung beo, saking sebelnya ngeliat kamu tuh Jer.” Sontak kaka-kaka ku tertawa keras, karena mereka tau kebencianku ke Jerry pada waktu aku masih kecil. 

Di sepanjang jalan sampai ke pasar, kami tidak banyak bicara. 

Setelah kakakku turun, aku berusaha membuka percakapan. 

“Gimana kabarnya si mamih?” 

“sudah mulai lumayan sekarang, sudah bisa jalan, dan melakukan kegiatan, tapi ga bisa bicara.” Sambil bicara Jerry melihat kedepan sambil membayangkan ibunya yang terkena stroke baru-baru ini. 

“Oh. .. baguslah kalau gitu.” Aku sambil membayangkan masa kecilku yang aku jalani bersama dia. 

Kita itu teman sekelas waktu di sekolah dasar. Aku ga begitu suka ke Jerry, karna dia itu anak tunggal dari teman ibuku yang cengeng, dan selalu beringus dihidungnya. Ga begitu pintar juga waktu sekolah, yang paling aku benci, dia selalu mengaku ke teman-temanku kalau dia bersaudara dengan ku. Padahal tidak ada ikatan persaudaraan di antara kita, hanya kita itu sesama orang Sangihe yang merantau ke Jawa dan ketemu di Bandung. Hadeuh, siapa juga yang sudi bersaudara sama anak cowo yang manja. . . heizzzz. . .. 

Walaupun aku sangat membenci Jerry, tapi tante & Om Abas orangtuanya Jerry tidak pernah menindas aku. Malahan aku sangat sayang sama Tante Abas, karna dia menganggap aku seperti anaknya, selalu memanjakan aku, sampai cebok pun dia melakukannya untukku pada waktu aku kecil. Ga pernah aku dipelototin atau di pukul sedikitpun walaupun aku sangat membenci anaknya. Dibiarkannya kita tumbuh bersama. Karna aura kebencianku ke Jerry waktu masih kecil sangat kuat, Jerry tidak pernah mau bermain bersama aku, jadi dia bermain dengan adik-adikku Deffie & Dewi. Kalau mereka lagi asik bermain, aku iseng datang melihat mereka main drama-dramaan, aku mengamati peran apa yang dimainkan oleh Jerry. Kalau dia berperan sebagai orang baik, maka aku akan mengganti skenarionya agar dia menjadi orang jahat yang harus di hukum dan diikat tangannya. 

Kalau Jerry mo pergi bermain ke rumah temannya, burung beo yang dia bawa dari sangir itu, akan dia titipkan ke adik-adikku untuk dijaga mereka. Jangan sampai aku datang mendekat ke burung beonya itu. dan membunuh tu burung saking bencinya. 

Kalau ibuku menyuruh Jerry membeli minyak tanah, ibuku selalu melebihkan uangnya untuk upah ke warung. Aku ga suka kalau sampe dia mendapatkan uang itu. Jadi aku tunggu dia di pintu dapur sambil melipat tanganku di dada, setelah dia meletakkan jerigen minyak tanah, langsung aku minta uang kembaliannya dan aku langsung pergi meninggalkan dia. Jerry hanya mengelus dada, menghadapi tingkahku. Mau ngelawan ga bisa, karna dia takut melihat mataku yang sering melotot kalau aku melihat ke arahnya, dan maminya sendiripun tidak pernah membela dia sedikitpun. Tante Abas sangat menyayangi aku. 

“Sebenernya yang anak kandungnya tuh aku atau si Derly sih. Mami, aku ini anak tunggal mamih, anak satu-satunya, kenapa ga ada pembelaan sama sekali” Gerutunya dalam hati. 

Waktu aku kelas 3 SD, aku minta izin ke ibuku untuk merayakan hari ulang tahunku dengan mengundang teman-teman sekelasku dan tetangga-tetangga teman sepermainanku. Ibuku ga keberatan. Akhirnya aku buat undangan ulang tahunku, dan aku sebarkan ke semua teman-temanku, kecuali Jerry. Dia orang satu-satunya yang aku ga undang. Hhhh. .. . Jerry pulang dengan hati sedih dan galau, mengadu ke maminya yang sedang berada di rumahku. 

 “aku ga diundang ke ulang tahunnya Derly, semua orang di kelas dia undang. Hanya aku sendiri yang ga dapat undangan ulang tahunnya.” Dia mengadu sambil menahan kesedihannya, air matanya hampir menetes. 

 “Ngapain undang kamu, memang sengaja aku ga mo undang kamu. Awas kalau kamu sampe ada di acara ulang tahunku.” Sahutku ketus, sambil melotot. Aku ga sengaja mendengar dia mengadu ke maminya. 

“Yie, kamu ga boleh gitu, itu namanya pilih kasih.” Timpal ibuku menasehati. Aku hanya diam ga mau menanggapi. 

“Pokonya kamu datang aja Jer, di acara ulang tahun itu, tante yang undang.” Lanjut ibuku. 

Kalau aku pikir sekarang mana mungkin Jerry ga akan datang, maminyakan yang akan membantu ibuku memasak untuk menyiapkan hidangan pas di hari ulang tahunku nanti. . .. hhhh. . . judes tapi bodo. Hhhh. . . 

Setelah lulus SD, Jerry pindah ke Jakarta dengan kedua orang tuanya. Di situlah kami terpisah sampai kami tumbuh dewasa. Kebencian terhadapnya lama-lama menjadi pupus meninggalkan kenangan lucu cerita kita waktu kecil. “Dari Cikalong, kamu mo langsung ke Jakarta?” tanyaku 

 “Ia. Aku mau ambil dokumen-dokumen di rumah,lalu pergi ke Jakarta, langsung lanjut Manado.” 

“untuk menebus kejahatanku waktu aku kecil, aku anter kamu ke cikalong, lalu aku traktir kamu naik kereta cepat whoosh. Lain kali, kalo kemana-mana, bawa kopernya, biar ga mampir-mampir lagi, jadi bolak-balik. . .. “ sekarang perkataanku ga sepedes waktu aku kecil. 

Bercerita masa kecil dengan Jerry disepanjang perjalanan ke cikalong membuat kita ketawa lepas melupakan semua dendam dan kebencian, mengingat kekonyolan pada waktu kecil dulu.

 “kamu tuh Yie, tiap aku disuruh berdoa sama papimu, kamu selalu bilang, Jerry terus. . . Jerry terus. . . aku tuh mo berdoa juga selalu di bawah tekanan kamu.” 

Hhhhhh. . .. . . ga tahan aku tertawa ngakak mengingat situasi itu. 

Setelah Jerry selesai ambil kopernya di cikalong, aku anter dia ke stasiun padalarang untuk naik kereta cepat. “Ini hadiah dari aku karna telah menindasmu waktu kamu kecil dulu.” Jer, terimakasih sudah menjadi bagian dari cerita masa kecilku yang indah, walaupun kamu mengalami penindasan dariku. 

Semoga kamu memaafkan sifatku waktu kecil. . .. selamat berjuang musuh kecilku, semoga mami cepat sembuh. . . . love & peace always. . .. MAWU MANGALAMATE SI KITE KEBBI = Tuhan Memberkati Kita Semua