DERLY PANGKEY

Selasa, 30 April 2013

SET UP DOCUMENT SEQUENCE

SET UP DOCUMENT SEQUENCE

Fungsi:
Untuk membuat  penomoran di category transaksi tertentu, atau menset up nomor baru karena perubahan tahun.

Cara:
  1. DARI RESPONSIBILITY GL MASTER DATA> SET UP> FINANCIAL> SEQUENCES> DOCUMENT> DEFINE
  2. Cari nomor category yang mau di reset untuk tahun berikutnya
    1. Misal untuk nomor dokumen dengan type: Adjustment dengan nomor 12xxxxxx  (12=tahun;  + 6=digit sequence)
  3. Cara lain untuk melihat kategori yang lama, dari langkah (1), klik  ^F11
  4. klik + untuk menambah penomoran baru, misal SAFE 13
  5. isi: 
    1. Application :  General Ledger
    2. Effective from : 1 Jan 13   to:  31 Dec 13
    3. Type:  Automatic
    4. Initial Value:  13xxxxx1  (13= tahun 2013, xxxxx1 = sequence baru)
  6. Safe, untuk menyimpan data yang kita telah buat
  7. Langkah berikut yang wajib dilakukan untuk menghubungkan nomor yang telah kita define dengan category yang kita create (contoh di atas adalah category: SAFE) yaitu ASSIGN
  8. DARI RESPONSIBILITY GL MASTER DATA> SET UP> FINANCIAL> SEQUENCES> DOCUMENT>ASSIGN
  9. Klik +, isi:
    1. Application:  General Ledger
    2. Category:  SAFE
    3. Start Date:  1 Jan 2013 - 31 Dec 13
    4. Sequence :  SAFE 13 (penomoran yang kita DEFINE sebelumnya)
  10. Safe
Setup penomoran document untuk tahun berikutnya telah selesai.

Recurring Error di GL

Kasus di Oracle:
Jurnal recurring yang masuk ke GL dengan saldo tidak balance, user langsung post di GL, status transaksi Error.


Solusi:
Buka jurnal di GL dengan cara:
  1. pilih menu di responsibility GL
  2. Enter jurnal, 
    1. isi jurnal batch atau isi source (misal recurring), 
    2. isi periode (bulan dimana jurnal error terbentuk)
    3. klik find
  3. Sorot kursor di jurnal error, klik view transaksi.
  4. klik unreserved fund
    1. perbaiki amount di account-account yang salah
    2. isi amount di account credit (account yang mau kita perbaiki)
    3. setelah balance, save transaksi.
  5. posting transaksi dengan mengklik post.
  6. transaksi sudah fixing.      

Senin, 29 April 2013

KHITAN

Kebiasaan di keluargaku, mengkhitan anak laki-laki pada waktu ia masih bayi. Karena Rehuel lahir di luar jadwal yang dokter tentukan, maka ia terpaksa dilahirkan di bidan dekat rumahku, dan bidan itu tidak berani mengkhitan anak bayi yang baru lahir. 

Waktu berjalan begitu cepat, hingga Rehuel berumur 5 tahun duduk di TK A. Satu kali dia bercerita: 
"Mama, si Nugi udah di sunat." katanya lirih.
"Bagus dong.  Kalau gitu kapan Uel di sunat?" kataku
"Ga mau ah. aku takut ma." katanya.
"Gimana kalau sampe bu guru periksa Uel belum di sunat?" tanyaku
Dengan nada serius sambil mengernyitkan alis dia berkata:
"Mama, bu guru itu hanya periksa kuku, periksa telinga dan periksa rambut.  Bu guru ga pernah periksa titit."
Waduh. . . . . aku jadi tertawa mendengar jawaban anakku.  Berarti aku harus cari alasan yang paling masuk akalnya agar ia mau dikhitan.

Selasa, 23 April 2013

CERITA KEPOLOSAN ANAK

MATA DUITAN

Namanya Abigail Dwi Pangestu, anak yang ceria masih berumur 5 tahun kadang-kadang terlihat sedih, pas kutanyakan penyebabnya, ia berkata "kenapa aku ga ada yang mirip mama." dengan tersenyum aku memandang dia sambil berpikir keras, apa kesamaan aku dengan dia memang tidak ada, karena anakku mirip sekali ayahnya, 99% sama hanya beda jenis kelamin.

Setelah berpikir, keras, akhirnya aku berkata dengan tenang. "Anakku, matamu sangat mirip mama, sangat mirip dengan oma, sangat mirip dengan aunty-aunty yang lain." aku sebutkan saudara-saudaraku yang lain.  Sambil tersenyum senang dia berkata. "memangnya mataku dengan mata mama sama apanya ma." dengan tenang kukatakan bahwa matanya sama denganku, yaitu mata duitan.
Anakku menyetujuinya, karena memang dia sangat suka minta uang untuk membeli jajanan, jadi dia berpikir memang itu adalah takdirnya. sama dengan mata mama.

Satu kali, aku bawa anakku ke kantor, berhubung aku orang kepercayaan bosku yang tinggal di Jakarta, untuk mengelola perusahaannya yang di Bandung, jadi aku bebas membawa anakku untuk ikut ke kantor.

Satu kali bosku mengirim orang dari Jakarta,  untuk membahas kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. aku biarkan anakku bermain di pekarangan bersama dengan orang security.  Setelah bosan, anakku masuk menemuiku di kantor. berhubung pertemuan itu tidak bersifat formal, akhirnya aku izinkan anakku untuk masuk menemuiku.  Rekananku menyapa anakku dengan senyum. "Ade, udah bisa bantu mama di kantor ya?"  dibalas dengan senyum-senyum bangga oleh anakku.  "Kalau sudah besar nanti, mau jadi apa de?"  dengan bangga anakku berkata. "Aku mau jadi Satpam, om." dengan spontan, aku langsung terbelalak melihat anakku. "kenapa mau jadi satpam." kataku menyelidik. Karena om satpam selalu baik ke aku ma, dia suka main dengan aku setiap aku ke kantor mama."   waduh. . . . akibat pergaulan nih. . . . .

Rekananku tertawa mendengar kepolosan anakku. dengan penasaran, ia memperhatikan anakku, lalu melihat aku.  "Bu, kok anaknya ga mirip ibu sih."  aku tersenyum menanggapinya, lalu kubilang memang dia mirip banget sama ayahnya.  Anakku protes mendengar jawabanku, dia segera menarik tanganku mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berbisik.  "Mama, matakukan mirip mata mama, kasih tau om itu ma."  tak tahan lagi, akhirnya tawaku terlepas keras. dengan bingung, rekananku berkata, "Kenapa bu?"
lalu aku menjawab, "Mata kami sama." Rekanku mengerutkan kening melihat kepada mataku dan ke mata anakku. "engga ah, beda kok."  akhirnya aku berkata "mata kami sama, sama-sama mata duitan." . . . . . . .. .  


 AYAM GENDUT

Rehuel anak laki-laki baru berumur 5 tahun.  Satu kali ia minta dibelikan anak ayam di pasar, jadi ibunya membelikan 2 ekor anak ayam negri masih berwarna kuning dan sangat lucu.  

Dia sangat mencintai peliharaannya yang baru itu, setiap pagi anak-anak ayam itu dilepaskan di kebun samping samping rumahnya yang cukup luas, ditaburnya pur untuk makanan ayam tersebut, dan tidak lupa dituangnya air minum di wadah untuk persediaan jika anak ayam itu kehausan, setelah itu ia siap-siap pergi ke sekolah TK dekat rumahnya.

Siang hari, diperiksanya anak-anak ayam itu, apakah makanannya masih cukup atau tidak, kadang-kadang Rehuel ikut masuk ke kebun menangkap ayam-ayam kecil yang sedang main di bawah terik matahari, lalu dipindahkannya di bawah pohon pepaya agar ayam tersebut tidak kepanasan.

Menjelang matahari terbenam, Rehuel menangkap ayam-ayam mungil peliharaannya, lalu memasukkannya ke dalam dus bekas bungkus mie dan dibawanya ayam-ayam itu ke dalam kamarnya, tidak lupa diberinya kain perca untuk selimut ayam-ayam itu agar tidak kedinginan bila malam tiba.  

Ketika malam tiba, menjelang tidur malam, dengan serius dia duduk di atas tempat tidurnya sambil memanjatkan doa agar dijaga sepanjang malam.  "Bapa di surga, terima kasih sudah jaga Uel sepanjang hari ini, Uel sudah sekolah, ayam-ayam sudah bermain, sekarang kami mau bobo, tolong jaga dengan malaikatMu, jadikan ayam-ayam Uel cepet besar, dan gendut seperti mamah Uel.... Amin."

keki banget deh yang jadi mamah. . . .   


SISIRAN

 Ongga berumur 4 tahun sering main ke rumahku karena aku baru melahirkan anak perempuan yang montok, cantik dan menggemaskan, dan dia paling senang bermain dengan anakku Abigail, semua tingkah Abigail dan tingkahku selalu diperhatikannya dengan seksama.  

"Tante Derly, kenapa rambutnya keriting?" katanya polos.  
"Waktu kecil tante Derly males sisiran." jawabku asal-asalan, males menerangkan bahwa rambutku memang sudah keriting dari lahir.
"Tante Derly kenapa kepala Abi botak." tanyanya lagi
"Si Abi belum pernah ke salon." kataku sekenanya.
Ongga hanya manggut-manggut mendengar jawabanku, dan aku tersenyum geli melihat reaksi polosnya.

Satu kali Ongga melihat-melihat album foto Abigail yang baru aku susun siang itu.   
"Tante Derly, kenapa foto Ongga ga ada di sini?" protesnya dengan sedih.
"Cepet ambil di rumah gih, nanti tante Derly tempelin di dekat foto Abigail." kataku.
Dengan semangat dia berlari ke rumahnya dan ga berapa lama datang membawa foto  dia yang sedang mandi.   Kutempelkan foto Ongga di album foto Abigail, dan kulihat senyumnya mengembang tanda gembira.

Satu pagi, waktu aku sedang menjemur pakaian, tiba-tiba kulihat Ongga berlari mengejar temannya sambil membawa sisir yang diacung-acungkan ke arah temannya.
"Jangan lari Dina, biar Ongga sisir rambutnya." teriak Ongga sambil terengah-engah.  Dina terus berlari tidak mau tertangkap oleh Ongga.  Dengan sedih Ongga berkata pada Dina:
"Dina, kalau kamu ga mau disisir, nanti rambutnya jadi keriting kaya tante Derly!"

Gubrag !!! jangan pernah malas kasih keterangan yang bener ke anak kecil, bisa-bisa senjata makan tuan nih. . . .     

 

ULANG TAHUN

Waktu aku duduk di kelas 1 SD, orang tuaku punya usaha kartu undangan ulang tahun untuk anak-anak yang dijual ke toko-toko buku.  Biasanya orang tuaku mencetak di percetakan dalam partai besar dengan beberapa jenis gambar, tugas kami menghitung masing-masing gambar dan mengepaknya menjadi satu paket berisi 100 lembar dengan isi bermacam-macam gambar.  walaupun aku masih duduk di kelas 1 SD, tapi perkalian 3 sudah aku hafal di luar kepala gara-gara bisnis kartu undangan ini.

Satu kali tibalah hari ulang tahunku, dengan penuh inisiatif kuambil sisa-sisa kartu ulangtahun yang sudah tak terpakai, lalu kutulis undangan untuk teman-temanku di sekolah dan di sekitar rumah tanpa memberitahukan rencana undangan ini ke ibuku. Isi undangan itu kira-kira begini:
 
teman-teman datang ya di hari ulang tahunku
pada hari:        Senin
tanggal:           24 Januari 1976
pukul:              15.00
tempat:            Gang Abdullah No. 687A
datang ya, tiada kesan tanpa kehadiranmu 

kusebar undangan itu di sekolah untuk teman-teman sekelasku, dan kusebar disekitar rumah, tak lupa undangannya kuberikan ke wali kelasku. setelah selesai kusebar undangan, tinggal tunggu sore nih.... kedatangan teman-temanku.

waktu jam makan siang aku ceritakan ke ibuku bahwa aku sudah menyebarkan undangan kesemua temanku termasuk guru wali kelasku.  Dengan terbelalak ibuku berkata:  "Apa Yie?!?!?!" 
aku heran melihat reaksi ibuku, mengapa dia sangat kaget mendengar rencana perayaan hari ulang tahunku.

Dengan langkah seribu, ibuku langsung pergi ke toko pamanku yang dipinggir jalan, pulang-pulang membawa kue-kue dan kacang kulit garing.  ibuku tidak sempat lagi berkata-kata padaku tapi sibuk dengan segala urusan dapurnya.

ayahku pulang agak siang karena ditelphone oleh ibuku, dengan menjinjing minuman botol 3 krat merk green spot.  Tamu-tamu mulai berdatangan, aku sudah bersiap dengan mengenakan baju terbaikku, kusambut mereka sambil menerima kado ulang tahun dengan gembira,  banyak kado yang kudapat dari teman-temanku.

Rumahku penuh sesak oleh teman-temanku yang datang, green spot dibagikan satu botol untuk 2 orang saking banyaknya tamu yang datang. Riuh rendah sorak sorai para undangan.  maklum pesta di kampung.

Akhirnya pesta selesai, undangan bubar. aku asik membuka-buka kado yang ku dapat, ada kado berisi buku tulis, pensil, penghapus, odol atau sabun mandi. Dengan polos kuberikan semua kado yang berisi odol dan sabun mandi ke ibuku.  Ibuku hanya tersenyum menatapku.

hal yang aku kagumi dari kedua orang tuaku, mereka tidak pernah memarahi aku atas peristiwa ulang tahun itu, tapi perubahan terjadi, sisa-sisa kartu undangan tidak pernah terteter lagi di rumahku, semua tersimpan dengan baik di lemari ayahku.

Minggu, 21 April 2013

Cerpen Friend for Ever

Namanya Hasian, perawakannya besar, sebesar gelegar suaranya.  Aku lupa pertama kali bersama dengan dia kapan, entah itu di gereja atau di bangku kuliah. . . .  aku ga inget.

Namun hal yang kuingat adalah banyak orang-orang Batak yang pindah ke kampusku, sekelas denganku dua orang perempuan dan beberapa laki-lakiAku ga peduli dengan kedatangan mereka, aku sibuk dengan urusanku sendiri, karena aku harus kuliah dan kerja di perpustakaan kampus pada jam-jam lowongku jika aku tak ada kelas.

Satu kali kakakku berteman dekat dengan salah satu pendatang daru Medan, karena latar belakang kami yang dibesarkan di tanah priyangan yang lemah gemulai bila bertutur kata, aku dan adik-adikku sering mentertawakan kakakku jika dia ngobrol dengan temannya, yang suaranya sangat menggelegar itu.

Di kamusku sudah kututup pintu hatiku untuk berpacaran dengan orang Batak aku tidak benci sama mereka, tapi mendengar nada bicaranya aja, engga lah, ga minat aku.  Satu kali sepulangnya dari kampus, Hasian orang batak teman sekelasku sudah ada disampingku menemani aku pulang sambil berjalan kaki.  Kami ngobrol ke sana ke mari, sampai akhirnya janjian untuk buat PR bareng.

Reaksiku sebenarnya biasa-biasa aja sih. kalau untuk berteman biasa sih ok, ok aja, tapi setelah kuamati sifatnya, ada yang kukagumi dari Hasian ini.

Satu kali sepulang kami dari kuliah, Hasian mampir ke rumahku untuk membuat tugas bersama. pas sampai di dalam rumah, terjadi musibah di rumahku. pembuangan air di kamar mandi mampet, sehingga air meluber ke mana-mana sampai ke kamar tamu.  tanpa banyak bicara, aku mengambil ember dan kain pel untuk membersihkan genangan air.

Melihat kesibukanku, dia tidak tinggal diam, tanpa sungkan dia mencari sapu lidi, menggulung lengan baju dan celana panjangnya dan bilang padaku:  "Yie, kamu tunggu di luar aja, biar aku yang bersihin." aku hanya menurut perkataannya dan nonton dia bekerja dengan cekatan membersihkan kekacauan yang terjadi.
Kenangan itu sampai saat ini aku ingat, kesetiakawanannya membuat hatiku kagum padanya.

Satu kali Hasian mengajakku jalan-jalan ke Lembang. Sore itu cuaca agak mendung, dengan kepolosannya, Hasian membawa payung besarnya, untuk jaga-jaga kalau sampai hujan nanti, dengan gaya bawa payungnya itu, aku tertawa dalam hati. Adik-adikku cekikikan mentertawakan aku yang mau berjalan dengan orang yang mati gaya.    Bodo amatlah. . . . pikirku.

Sampai di Lembang kami duduk berdua, memesan makanan. makanan datang dengan nasi yang disuguhkan dalam boboko kecil tempat nasi khas priyangan. Kami langsung menyantap hidangannya sambil ngobrol ke sana ke mari menceritakan latar belakang masing-masing.  Mahluk lugu ini rupanya berasal dari Siborong-borong Sumatera Utara. Sesekali aku tersenyum sendiri mendengar ceritanya dengan dialek Bataknya yang sangat kental.

Beberapa kalimat yang umum diajarkannya dalam bahasa Batak. Selesai makan, aku mengambil pisang muli (pisang kecil-kecil) untuk cuci mulut. Hasian memeriksa semua pesanan yang di meja. melihat nasi yang di dalam boboko masih tersisa, tanpa malu, dia langsung mengosongkan isinya. dengan berbisik aku berkata padanya.  "Sisakan sedikit, karena budaya di sini tidak biasa melihat tempat nasi yang kosong melompong."  Dengan gaya medannya dia berkata: "Sudah kubayar mahal-mahal, sayang kalau tidak dihabiskan."  semua hidangan ludes tak bersisa, termasuk pisang yang tergandung di dekat meja kami.  Waduh, ciut hatiku waktu meninggalkan tempat itu.

Selama ini aku belum punya teman orang Siborong-borong langsung. setiap mendengar suaranya yang menggelegar, aku menahan tawa. kadang-kadang aku mengajari adikku bahasa batak yang aku pelajari dari Hasian, kami saling berpandangan lalu saling mengangkat alis dan tawapun meledak bersama adikku, waktu ayahku mendengar kami berbahasa batak praktis, dengan heran ayahku menegor, "Belajar itu bahasa Inggris, bukan bahasa Batak."  Dengan mesem-mesem aku ngeloyor meninggalkan ayahku.

Sepulang kuliah, aku berjalan pulang ke rumah dengan adikku. Dekat persimpangan ke rumahku, tiba-tiba aku mendengar teriakan Hasian dari jarak yang cukup jauh kira-kira 100 meteran. Semua mata melihat ke arah kami. Akhirnya kulambaikan tanganku ke arahnya lalu cepat-cepat belok ke simpang jalan rumahku sambil terpingkal-pingkal dengan adikku.  Dasar polos, dia pikir Bandung sama dengan Siborong-borong kali ya. . . . 

Hari ini hari Senin, rutinitas kampus dimulai kembali. aku duduk manis di bangku kelasku, kulirik tempat duduk Hasian. . . .  dia sedang asik membalik-balik buku pelajaran, entah mengapa hatiku senang melihat kehadirannya, walaupun aku tidak duduk bersebelahan dengan dia.  Tak terasa 2 jam sudah berlalu, aku keluar dari kelasku, langsung menuju rumahku. Hari ini aku malas bekerja di perpustakaan, aku mau istirahat saja di rumah.

Dekat lapangan sepak bola kampus, tiba-tiba Hasian sudah berada disamping menyamakan langkah kakiku, aku hanya melirik dia dan meneruskan perjalanku
"Temenin aku ke Bandung ya." sapanya.
"Males" jawabku
"Harus." katanya memaksaku
aku hanya melirik tanda ga setuju, karena aku ingin tidur di rumah saat ini.  sampai di persimpangan rumahku, tanganku di tarik Hasian.
"ga boleh pulang, anter aku ke Bandung dulu." katanya
Dengan pasrah, akhirnya kuikuti keinginannya. Aku diajak ke rumahnya dulu untuk mengambil mobilnya.
  
Sepanjang perjalanan sambil nyetir dia cerita tentang latar belakangnya aku pura-pura tertidur  walaupun telingaku ku pasang lebar-lebar mendengar ceritanya. Tiba-tiba Hasian tertawa kegelian, aku membuka mataku memandangnya dengan ekspresi bertanya?
"Kakimu lucu Yie, telunjuknya lebih panjang dari jempolnya." katanya sambil terus tertawa.
spontan aku langsung melihat ke kakiku. . . .  iiihhhh dasar usil.

Sampai di Bandung, aku di bawa ke daerah perbengkelan. Hasian memarkir mobilnya di salah satu bengkel mobil tersebut.
"Haaahhhhh, ke bengkel ?!?!?    iiiihhhhhhh sebel banget . . . . . ngajak perempuan itu ke mall atuh, bukan ke bengkel." kataku kesal.  Hasian hanya tersenyum melihatku.
"Tunggu bentar ya, aku ganti oli dulu." katanya tenang
"Dasar !!!!!!" kataku sambil melotot.

Setelah beres dengan urusan bengkel, Hasian masuk ke mobil, dengan polos tanpa dosa, dia berkata.
"sekarang kita kemana Yie?"
"pulang!" kataku
Dengan senyum dia bawa mobilnya ke arah  jalan pulang. tapi ditengah jalan, dia belokkan mobilnya ke toko roti.  "makan dulu yu." katanya.  Tanpa menunggu persetujuanku, dia keluar, dan mengajakku untuk turun.  Sambil makan dia berkata:
"Yie, satu kali aku mau bawa kamu ke kampungku di Siborongborong, aku mau ajak kamu keliling kampungku naik kerbau." katanya polos.
Dengan spontan aku tertawa ngakak. 
"Abang sayang, jangan bawa aku naik kerbau, aku takut jatuh bang. Lebih baik abang gendong aku keliling kampung aja ya." kataku sambil tertawa.   
"Yie, aku suka sama kamu." katanya serius
Spontan tawaku terhenti  menatap matanya mencari keseriusan ucapannya.
"Aku ga mau sama kamu." kataku
"Kenapa?" tanyanya menyelidik
"Aku takut sama orang Batak, suaranya keras-keras bilang sayang atau marah, ga ada bedanya." kataku
Hasian hanya tertawa mendengar alasanku.
"Bang, berteman lebih asik daripada pacaran. kita bisa bebas mengeluarkan isi hati kita walaupun kita hanya berteman.  Friend for Ever, ok." kataku
OK!!!!!!!!



NB:
Aku tulis cerita ini untuk mengenang ketulusan hati temanku.  Trimakasih atas persahabatan yang indah yang sudah terjalin dengan baik selama kita kuliah.   Trimakasih sudah membuka lebar mataku tentang adat dan kebudayaan kamu, berkat persahabatan ini, aku tidak akan melarang anak-anakku untuk bergaul dengan orang Batak.  Maafkan aku sudah membatasi diri selama ini.  Kalau kamu bukan orang Batak, mungkin ceritanya lain.  Sebenarnya aku juga menyukai kamu, bahkan telah tumbuh benih-benih cinta. . . . .  terimakasih atas kenangan indahnya, kamu selalu ada dihatiku.